
Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan langit dan bumi dengan penuh hikmah (haq), baik yang besar maupun yang kecil tidak ada satu pun darinya kecuali menyimpan hikmah di dalamnya.
Seperti halnya Allah menciptakan seekor nyamuk yang kecil, namun ternyata mengandung hikmah yang begitu dahsyat (agung).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖۤ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَ مَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَ مَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَا ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖۤ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَ ۙ
"Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa itu kebenaran dari Rabb mereka. Tetapi mereka yang kafir berkata: 'Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?'. Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik". (QS. Al Baqarah: 26)
Virus atau bakteri memang lebih kecil daripada nyamuk, bahkan ukurannya bisa beribu-ribu kali lebih kecil darinya, akan tetapi Allah kuasa menciptakan hal tersebut dengan haq dan penuh hikmah di belakangnya.
Bagi hamba yang beriman, tentu mereka meyakini bahwa hal tersebut adalah datang dari Rabb-Nya, dan virus/bakteri yang kini tengah menimpa umat manusia juga semata-mata ujian (cobaan) bagi hamba-hamba-Nya.
Karena itu, sikap seorang mu'min dalam menghadapi ujian (cobaan) adalah selalu bersabar, ridho atas ketetapan yang menimpanya, dan mengembalikan segala urusannya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan keada'an seorang mu'min. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mu'min. Jika mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan dia bersabar, maka itu pun baik baginya". (HR. Muslim: 2999)
Setiap musibah atau ujian yang menimpa seorang mu'min adalah satu bentuk rahmat dan kasih sayang Allah kepadanya, dimana ia (mu'min) akan bisa mengambil hikmah (ibroh) dari musibah tersebut dan menghapus dosa serta mengangkat derajatnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, maka Dia akan segerakan sanksinya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan kepada hamba-Nya, maka Dia akan menunda sanksi atas dosa mereka hingga ditimpakan seluruhnya pada hari kiamat". (HR. At Tirmidzi: 2396)
Sanksi atau hukuman yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beriman (di dunia ini) adalah sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang-Nya. Supaya mereka mau mengambil hikmah dan kembali kepada-Nya (taubat), serta tidak lagi di adzab di hari kiamat dengan adzab yang berat.
Dengan demikian, sepatutnya kita kembali kepada aturan (syariat) Allah dengan meninggalkan semua bentuk kemaksiatan, kefasikan dan kesyirikan di kemudian hari. Insya Allaah.
Wallaahu A'lam
#14HariTanpaMaksiat
#AllahSayangHambanya